English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese

Selasa, 16 Oktober 2012

Konsep Dasar Kecerdasan

Pengertian Kecerdasan. Kecerdasan adalah anugerah istimewa yang dimiliki oleh manusia. Makhluk lain memiliki kecerdasan yang terbatas sedangkan manusia tidak. Dengan kecerdasan manusia mampu memahami segala fenomena kehidupan secara mendalam. Dengan kecerdasan pula manusia mampu mengetahui suatu kejadian kemudian mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Manusia menjadi lebih beradab dan menjadi bijak karena memiliki kecerdasan itu. Oleh karena itu, kecerdasan sangat diperlukan oleh manusia guna dijadikan sebagai alat bantu di dalam menjalani kehidupannya di dunia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecerdasan adalah perihal cerdas, perbuatan mencerdaskan, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Konsep di atas menghendaki kesempurnaan akal serta budi yang meliputi kepandaian dan optimalisasi berpikir. Namun selama ini ukuran kecerdasan selalu dilihat dari paradigma intelegensi (IQ). Kecerdasan seseorang bisa dilihat dari hasil tes. Angka-angka memainkan peranan penting dalam penilaian siswa. Efeknya kecendrungan untuk menilai sesuatu dilandaskan pada rasio saja, tanpa melihat pertimbangan-pertimbangan lain. Ironis sekali bahwa gagasan yang pada dasarnya cukup baik ini, terpaksa harus membatasi kesempatan banyak orang hanya karena potensi-potensi mereka tidak terukur oleh test kecerdasan (IQ). Yang perlu ditekankan di sini bukanlah pada betapa test IQ itu ternyata kurang efektif dalam menyeleksi orang berdasarkan aspek kecerdasannya saja, namun pada betapa konsep kecerdasan ini telah membentuk konsepsi diri manusia yang parsial. Beberapa ahli mendefinisikan kecerdasan sbb: Binet dan Simon mendefinisikan : Intelegensia sebagai terdiri atas tiga komponen. Pertama, kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, Kedua, kemampuan mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah seleasi dilaksanakan, Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Dalam pengertian lain Goddard (1946) mengatakan : “Intelegensia sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan dating.” Senada dengan itu, Howard Gardner (1983) mendefinisikan : “Inteligensia sebagai kemampuan untuk memecahkan suatu masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan memasuki abad-21 Gardner merevisi definisinya menjadi intelligensi adalah kemampuan yang didasarkan pada potensi biopsikologi, untuk memecahkan suatu masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.” Henmon mengatakan : “Intelegensia terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh.” Sementara LM Terman (1916) mendefiniskan : “Intelegensia sebagai kemampuan berfikir abstrak.” Dengan demikian dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Jenis-jenis kecerdasan dalam Al-Quran dikemukakan oleh Muhammad Djarot Sensa dalam Quranic Quotient adalah : Apabila memahami Al-Quran, pasti akan memperoleh pencerdasan-pencerdasan berikut: Syahwat yang diarahkan ke kehidupan surga Al-Quran menempatkan syahwat pada dua keadaan: (1) sebagai bagian dari cinta (hubb); dan (2) berdiri sendiri . keduanya memiliki konotasi buruk yang buruk, terutama yang “bagian dari cinta”. Dalam Al-Quran dijelaskan : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali-Imran: 14) Hawa yang dikendalikan agar mengikuti kebenaran Hawa merupakan sebuah kekuatanyang cendrung buruk dan membahayakan. Sehingga tidak ada satu ayat pun dalam Al-Quran yang mendudukkan hawa di dalam perspektif yang positif. Artinya : “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (Q.S. Al-Mukminun: 71) Pemberdayaan anggota tubuh dengan konsumsi terpelihara Sebagai sejumlah perangkat yang ada pada aspek jasmaniah manusia anggota dapat diberdayakan dan diaktualisasikan apabila telah memperoleh energi dari konsumsi. Halal-haramnya konsumsi dapat berpengaruh terhadap anggota tubuh. Karena itu, kita diperintahkan agar mengonsumsi yang halal, menyehatkan, dan tidak berlebihan. Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (Q.S. Al-Baqarah: 172) Aktualisasi indra yang dibimbing oleh nurani Indera memiliki kekuatan untuk menerima informasi-informasi tertentu. Dalam menerima sejumlah informasi yang masuk, dalam indra terdapat pembagian tugas. Dalam pemanfaatan indera, sebenarnya bukan untuk mengetahui tentang informasi yang ada dan dapat dipergunakan sebagai apa, tetapi juga harus menangkap dari aspek haikat dan keruhanian. Maka pencerdasan dalam aktualisasi indera adalah pelibatan nurani untuk melakukan pembimbingan. Kekuatan intelektual yang dibimbing oleh hati Sangat banyak yang akan diperoleh dalam pemanfaatan intelektual. Sebagai salah satu kekuatan non jasmani pada diri manusia, kekuatan intelektual nyaris sangat sulit didefinisikan dan ditentukan: dimana batasan-batasan dapat dikenali. Oleh sebab itu wajar jika sampai saat ini silau dibuatnya dan mendewakan kekuatan intelektual setaraf dengan Tuhan. Karena kekuatan intelektual, telah banyak yang celaka dan mencelakakan manusia-manusia lain. Untuk itu, diperlukan pencerdasan dalam menggunakan kekuatan intelektual, agar produk intelektualitas tidak membuat bencana di dunia. Pencerdasannya melalui bimbingan hati yang bertobat dan hati yang sejahtera. Allah Swt berfirman : Artinya : “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Q.S. Al-Haj: 46) Hati yang menjadi tempat keimanan, ruh, cahaya, dan Al-Quran Hati, sebagaimana dipahami dan dialami, demikian banyak menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan manusia. Sehingga bagi orang-orang tertentu, hati telah dianggap sebagai perangkat alat bantu internal, yang dinilai sebagai penentu dominant terhadap unsur-unsur yang ada pada diri manusia. Kenapa demikian? Sebab Allah Swt telah menjadikan hati sebagai sesuatu yang dapat berfungsi sebagai wadah dan kekuatan dalam kehidupan manusia. Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d: 28) Jiwa yang senantiasa melakukan penyucian Jiwa (al-nafs) merupakan istilah yang dinisbatkan kepada : (a) Perangkat alat Bantu internal yang paling puncak ; (b) Posisi tingkatan manusia di bawah hamba Allah Swt ; dan (c) Sesuatu yang hidup dengan mengalami perjalanan perjalanan dalam lima kondisi (mati, alam rahim, alam dunia, mati/alam kubur, dan alam akhirat). Jiwa dalam pengertian sebagai “perangkat alat bantu puncak pada diri manusia”, memiliki kesempatan atau peluang menjadi objek yang akan disambut Allah Swt diakhirat penuh kemulian dan penghormatan. Artinya : “…dan Barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).” (Q.S. Fathir: 18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog